Sabtu, 13 Juni 2015

Nikah. N-nikah?




Ini cerita sedih. Meskipun itu hanya terjadi di dalam mimpi, tetap saja. Ini adalah cerita sedih (sok dramatis). Aku gak tau kenapa sampe bisa ngimpi aneh kaya gitu. Mungkin gara-gara nggak sengaja liat foto anaknya temen-temenku jaman smk yang udah nikah setelah lulus. Mungkin gara-gara seminar islam yang bahasannya nyrempet-nyrempet nikah yang aku hadiri kemarin. Mungkin karena lihat status bbm sepupuku yang bunyinya "aku pengen nikah" disaat status bbmku masih bertema "aku laper." Kami pernah taruhan soal siapa diatara kita yang akan menikah duluan.
Penyebabnya mungkin juga gara-gara obrolanku bareng temenku tentang nikah di warung bakso tempo hari. Atau palah karena acara main-mainku dan temenku foto-foto pake tag board bertuliskan 'your future husband' dan 'your future wife'. 

      Scene mimpi dimulai dari aku yang duduk di kursi paling depan di barisan tamu undangan. Kami serentak berdiri dan bertepuk tangan ketika kedua mempelai berdiri di panggung aula yang sekitarannya dihiasi bunga-bunga berwarna putih manis. 
Ya! hari ini salah satu teman kuliah sekelasku menikah. Siapa laki-laki yang akan segera berganti status menjadi suaminya- yang berdiri disebelahnya itu, aku tidak terlalu tahu. Yang jelas dia seorang dokter. Hanya itu yang ku tahu.
Dengan membawa seikat bunga yang akan dilontarkannya, ia tersenyum dengan cantik. Gaun pengantin putih berekor yang dikenakannya membuat pesonanya meningkat berlipat lipat persen.
Akad selesai. Aku berbaris diantara tamu-tamu yang akan menyalami kedua mempelai. Ketika giliranku menyalaminya, aku meremas tangannya dengan erat, kupeluk dia dengan gembira.
"Selamat untukmu! Aku turut berbahagia!" Pekikku dengan riang padanya.
Ia menyambut pelukanku dengan hangat.
"Terimakasih. Di hari pentingmu, kau masih menyempatkan diri untuk datang. Aku terharu."
"Ah, tidak juga." Aku mengibaskan sebelah tanganku. Hari pentingku katanya. Hari penting apanya? Aku mahasiswi yang sedikit kurang kerjaan. Dan tak punya hari-hari yang punya judul seperti 'hari penting'.
"Selamat juga untuk pernikahanmu!" katanya sambil menepuk-nepuk bahuku.
Alisku terangkat? Aku menatapnya dengan senyum aneh.
Selamat-juga-atas-pernikahanmu? Ahahaha. Dia mengejekku. Mentang-mentang dia sudah menikah, huh?
"Kamu bicara apa sih?" tanyaku masih tak mengerti.
"Kamu kan menikah juga hari ini. Kamu pikun atau kenapa?"
Oh.
Eh...
Tunggu.
A-apa katanya?
Aku-menikah-juga-hari-ini?
Ha. Hahaha. Jangan bercanda denganku.
"Lelucon macam apa itu?"
Dia menghela napas berat. "Dengarkan aku, nona! Hari ini, seharusnya, kita menikah di hari dan jam yang sama."
Dia lalu melanjutkan,"Jadi sebelumnya kita sudah saling bicara kalau kita tidak dapat menghadiri pernikahan masing-masing! Tapi...apa ini, aku ditelpon salah satu teman kita yang hadir di pernikahanmu kalau pernikahanmu sudah selesai  dan ternyata kau sempat datang di hari pernikahanku!"

H-a-h?
HAH?

Aku mengambil ktp dari dompetku. Disana, statusku  tertulis: menikah.
Aku membeku ditempatku. Berusaha meminta penjelasan tentang apa yang sudah terjadi.
Katanya, beberapa jam yang lalu, aku sudah resmi jadi istri dari seseorang dan dia tidak tahu siapa. Dan bahkan aku sendiri, tidak tahu siapa suamiku. Aku tidak tahu siapa yang telah menikahiku.
Aku berdiri dengan frustasi ditempatku. Apa-apaan semua ini?
Terang saja aku langsung menuju ke tempat dimana seharusnya aku menikah sekarang.
Tapi aula sudah kosong. Pernikahan telah selesai. Semua orang sudah pergi. Aku sudah menikah. Dengan seorang laki-laki yang entah siapa.

0 komentar:

Posting Komentar