Kamis, 16 Oktober 2014

U.S



Gara-gara terlalu kurang kerjaan, aku suka baca apapun. Dari bacaan penting sampe Cuma sekedar papan bertuliskan nama toko yang banyak bertebaran dipinggir jalan. Waktu aku mts, meski aku melewati jalan yang sama setiap harinya selama tiga tahun, aku tetap melakukan hal yang sama, memperhatikan semua tulisan yang bisa kulihat dijalan, mengejanya, memisahkannya, menghitung jumlah hurufnya dan mengelompokkannya dengan huruf lain. Sangat bodoh-tidak penting-dan-kurang kerjaan-tapi meski begitu entah kenapa aku masih melakukannya.
          Ada satu alasan bodoh kenapa aku memilih untuk masuk sastra inggris-meski aku tahu bahasa inggrisku begitu buruk- Karena huruf awal namaku jika digabungkan menjadi US. Aku hanya berharap semoga aku berjodoh dengan United States. Ya, hanya karena itu. Bukan karena apa-apa, aku hanya merasa mungkin takdirku sudah tersirat dalam namaku.
Belakang namaku, Saadah. Dan ketika aku masuk mts, waktu kelas 7 aku kebagian kelas A. Kelas 8 aku kebagian kelas A lagi dan kelas 9, aku kebagian kelas D. Aku sempet mikir, kenapa D? Kenapa harus D? Ada kelas A sampai G. Aku orang yang harus punya alasan untuk semua hal yang terjadi dihidupku. Dan kemudian aku berpikir,bengong, memandangi namaku. sAADah. Aku juga berpikir itu semua pasti Cuma kebetulan. Tapi kata guru agamaku, di dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan, semua hal sudah direncanakan.
Aku agak down waktu aku nggak ketrima di universitas impianku. Aku bertanya-tanya kenapa? Apanya yang salah? Dan aku menenangkan diriku sendiri, mungkin aku hanya kurang berusaha.
Tapi lagi-lagi aku terpikir hal lain.
UNS. Un’S. U dan S. Takdirku lagi-lagi sudah tersirat dari namaku. Subhanallah. Sengawur apapun gagasanku, Allah dengan sangat baiknya selalu mengiyakannya.

Manuskrip Kehidupan



         
Kukira, ketika aku telah menjalani kehidupan yang benar-benar kunginkan , aku akan jadi orang yang bahagia. Aku memilih sastra inggris karena kupikir, aku benar-benar menyukainya dan aku akan bahagia ketika harus menjalaninya untuk waktu yang cukup lama. Dua tahun, tiga tahun, empat tahun, atau bahkan lebih. Tapi nyatanya, hidup memang tak pernah seindah kelihatannya. Aku tetap saja begini. Menjalani hari demi hari dengan perasaan kosong. Isi hidupku hanya tentang rutinitas yang lebih terkesan sebuah paksaan dari pada sebuah kehidupan. Hidupku sedang benar-benar jatuh. Aku merasa tidak sanggup, bahkan untuk hanya sekedar berdiri. Oke. Sudah cukup melodrama lebay nya. Intinya aku Cuma lagi pengen banget pulang kampung. Walopun aku udah sering banget telpon kerumah, nanyain kabar ibuku, kabar bapakku, kamarku, peliharaan-peliharaanku, pacar temenku, gebetanku  #lho tapi tetep aja, itu semua nggak cukup untuk meredam keinginanku pulang kampung.
Waktu aku mengutarakan keinginanku ke bapakku, jawabannya sungguh mematahkan hatiku dan membuatku ingin menyudahi hidupku sampai sini saja #alay
“Lebih baik jangan pulang dulu, Ndu.” What? Are you kidding me, dad?
Kenapa? Kenapa kau menghadirkanku ke dunia ini jika kau tak menginginkan keberadaanku? *lebaynajis*
          Aku melangkah keluar kamar dengan gontai. Merenung didepan balkon kamar kosan. Menatap nanar pada langit mendung. Menatap nanar pada tukang bakso yang berlalu dengan gantengnya didepan kosan. Ingin menghampirinya tapi apalah daya, dompet ini tak mampu. #LagiKere #MakanyaPengenPulkam #MauNgerampokRumahSendiri
          Pas aku tanya apa alasannya, bapakku Cuma jawab,” Kamu belum boleh pulang kerumah kalo belum 40 hari disana.” Lho? Aku masih hidup lho ini? Aku bukan arwah gentayangan yang musti di40-hariin, di100hariin, disetahun-in dulu sebelum pulang kerumah.
Kenapa harus 40 hari sih?
Bapakku jawabnya, ”Karena 40 hari adalah gerbang menuju kesuksesan ndu. InsyaAllah.”Aku sempet mikir jangan-jangan ini Cuma alesan biar aku nggak manja dan minta pulang mulu tiap minggu. Aku agak kecewa awalnya, karena aku bener-bener lagi down dan kepengen menenangkan diri dirumah.
Tapi yasudahlah, aku bisa apa selain patuh sama keinginannya.
          Aku udah pernah bilang, aku orang yang butuh alasan untuk sesuatu yang terjadi di hidup ini. Makanya, aku suka nanya dan bapakku suka memberi jawaban yang gaje.
Misalnya waktu itu aku nanya ke adekku, dia ikut tapak suci, aku penasaran,”Kenapa namanya harus tapak suci?”Adekku palah jadi ikut bingung dan kepikiran,”oiya, kenapa tapak suci ya?” Terus bapakku yang entah datang dari mana tiba-tiba nyeletuk,
“Ya tapak suci lah, masa mau tapak kotor?”Oke, oke, jawabannya bener. Tapi itu gak disertai dengan hipotesa-hipotesa yang kuat untuk mendukungnya#sotoy
Walau begitu, aku tetap mempercayainya. Mempercayai semua kata-katanya.          Waktu aku di sekolah dasar, aku pernah berada di posisi yang sedang kurasakan lagi di perkuliahan. Aku merasa aku orang yang paling bodoh diantara semuanya. Dan untuk menghiburku, bapakku membekali sebuah doa. Katanya, aku harus membaca doa itu setiap kali mau berangkat sekolah.” Kalau kamu baca doa ini. Kamu bakal dapet nilai sempurna.” Sekarang aku tahu, itu hanya sebuah sugesti agar aku semangat dalam menjalani hidupku. Meski tak benar-benar terbukti khasiatnya, aku masih terus membaca doa itu, sejak aku berangat sekolah ke Mi bahkan sampe sekarang, saat aku berangkat kuliah. Aku hanya merasa ada yang kurang ketika aku tidak membaca doa itu.
          Yaudah sih, dari pada stress mikirin kepengen pulang kampung tapi belom boleh, akhirnya aku cuman menghabiskan waktu ku buat baca-baca buku di kosan. Ada satu buku bagus karya Og Mandino yang Judulnya The Greatest Secret In The World. Dibuku itu, ada satu bab yang nyambung dengan masalah yang sedang melanda hidupku.
Isinya gini,

Manuskrip Kehidupan II



Bab  8 dari buku Og mandino isinya begini,

Apakah suasana hati anda sering berubah-ubah? Tentu saja. Ada hari-hari dimana anda hanya ingin merangkak kedalam lubang dan bersembunyi dari dunia. Semua yang anda sentuh berubah mejadi serbuk gergaji. Anda tidak bisa menang. Anda tidak berhasil menjual apapun. Segala sesuatu tidak ada artinya, benar kan?
Lalu ada juga hari-hari lain ketika anda tidak melakukan satu kesalahan pun. Sejak bangun tidur Anda melihat segalanya lebih indah daripada kenyataan dan menikmati setiap menitnya. Penjualan? Proyek-proyek yang sudah tuntas? Anda tidak mungkin meleset. Segala sesuatu berjalan sesuai keinginan anda.
Apa yang menyebabkan tingkat emosional kita naik turun? Kita tidak tahu, namun beberapa waktu yang lalu saya cukup beruntung bisa bekerjasama dengan profesor Edward R.Dewey, Kepala Foundation for the study of Cycles di University of Pittsburgh. Kami  berdua mengarang sebuah buku berjudul Cycles, The Mysterious Forces that Trigger Events (HawthornBooks) Salah satu dari sekian banyak siklus yang kami tangani adalah siklus emosional pada manusia. Beberapa tahun yang lalu sebuah penelitian ilmiah digalang oleh Profesor Rex Hersey dari University of Pennsylvania. Kesimpulan yang ia peroleh yaitu bahwa siklus emosional manusia berlangsung rata-rata selama lima minggu. Lima minggu adalah waktu yang biasanya dibutuhkan oleh seorang individu normal untuk bergerak turun dari sebuah periode sangat bahagia menuju kekhawatiran (emosi yang paling merusak menurut Hersey) lalu naik lagi menuju periode sangat bahagia yang berikutnya.
Aku ngiranya bapakku Cuma ngeles ke aku dengan bikin teori baru secara ngasal. Tapi ternyata buku ini palah berpihak pada teori bapaku,hadeh.
Kata-kata yang diucapkan bapaku ketika aku menelponnya terakhir kali berdengung-dengung di telingaku, ”Karena saat ini adalah saat dimana perasaanmu sedang naik turun. Sedih. Depresi. Jatuh. Perasaanmu sedang labil. Tunggulah sampai kira-kira 40 hari, ketika perasaanmu berangsur-angsur membaik. Lalu jalanilah semuanya dengan senang hati karena itu adalah apa yang kamu senangi...”
Aku kemudian mengerti, tak semua hal yang terjadi di dunia ini harus membutuhkan alasan. Kadang, ia hanya butuh sebuah kepercayaan. Percaya jika: Kejadian ada untuk menghadirkan dampak.

Jumat, 26 September 2014

Mbak-Mbak Ahli Surga



Aku selalu kagum kalo liat mbak-mbak yang jilbabannya gede banget, entah itu di tempat umum, di kampus, atau di masjid. Cuma bisa bergumam dalam hati,”Subhanallah, perempuan-perempuan surgawi.”
Minder rasanya kalo berada di sekitar mereka. Udah cantik, pinter, berprestasi, aktif organisasi, hafalan qur’annya banyak, alim lagi. Malu kalo liat diri sendiri. Pengetahuan islamku masih dangkal. Aku belum bisa konsisten pake rok, masih lebih suka pake celana. Tomboy. Nggak cantik. Miskin prestasi. Nggak aktif organisasi. Ngafalin Juz amma dari jaman presiden suharto sampe presidennya ganti jokowi masih aja gak hafal-hafal. Dan jilbabku masih standar. Jangankan ngantri di gerbang masuk surga, berada di jarak berapa radius kilometer dari gerbang surga aja kayaknya masih susah diraih.
       Dulu, aku hampir masuk pesantren dimana aku bakal hafalan quran dan pake cadar disana. Tapi karena kebodohan impian-impianku dan kebodohan pilihan-pilihanku jaman dulu, aku mendatangi ibuku, bersandar padanya dengan tangis. Aku menolaknya. Alasanku, aku mau banget kalo hafalan qur’an, tapi kalo buat make cadar-aku belum punya kemantapan hati buat melakukannya.
Tapi kalo boleh jujur, aku nyesel sekarang. Nyesel-senyesel nyeselnya. Aku udah melepas impian-impianku dan kesempatan untuk menjadi perempuan yang lebih baik. Aku kehilangan dua-duanya.
       Makanya, aku kepengen banget ikut rohis di kampus. Siapa tau disana aku bisa belajar islam lebih dalam. Siapa tau setelah aktif di organisasi aku bisa konsisten pake rok. Aku kepengen banget ikut rohis karena aku bener-bener kepengen memperbaiki diri. Aku bahkan nggak pernah mikirin soal jarak markas rohis yang jauh banget dari kosanku, soal gimana kalo pulang malem.
Tapi kemudian, ada suatu kejadian yang bikin aku tersadar, sepertinya perempuan biasa kaya aku nggak cukup pantes buat ikut rohis.
       Hari selasa, aku pake celana ke kampus soalnya aku pikir besok sore ada acara kaya seminar di islamic center mesjid jadi ya besok aja lah pake roknya. Tapi ternyata, acaranya selasa sore. Yaudah, aku tetep berangkat aja meskipun pake celana, jilbab paris dan baju biasa yang motifnya agak kaya baju buat kondangan. Soalnya sekalian ngambil sertifikat acara kemarin. Tadinya aku minta temen sekelasku yang ikut acara itu juga buat sekalian ngambilin sertifikatku, tapi nggak jadi soalnya aku kepengen ikut. Nggak enak hati juga sebenernya sih, dia kan cowok masa mau ngantri ambil sertifikatku di barisan cewek, kasianlah. Aku kan bukan siapa-siapanya.
       Udah jam setengah 4 dan tempatnya sepi, jadi aku sama temenku jalan-jalan dulu sebentar sambil liat-liat mading. Mataku langsung nggak bisa lepas ketika liat ada pendaftaran kelas qira’ah. Oh my god, qira’ah... Aku kepengen banget ikut. Yaa meskipun suaraku nggak bagus-tapi palah aneh. Suara asliku agak kaya suara om om -_-
Terus juga bacaanku masih banyak salah disana-sini. Tapi aku kepengen belajar...
Sebenernya kelasnya bukan Cuma qira’ah, tapi ada tahsin sama tahfiz juga. Kepengen ikut tiga-tiganya kalo bisa, tapi kalo ikut tiga-tiganya nanti gak bisa pulang kampung soalnya jadwalnnya jumat sabtu minggu. Terus juga kepala ini kayaknya nggak kuat kalo ikut itu semua. Yaudah, dengan segenap kemantapan hati aku daftar.
Aku ngisi form, dan antri buat dites. Ternyata ada tes-tesnya juga. Hadeh...ini nih yang aku takutin, nanti pas ditanyain judul-judul hukum bacaannya gimana? Aku ga bisa...Oke, aku bisa praktek, tapi aku gak bisa teori.
Dari sejak ngantri, aku udah ngerasa nggak enak sebenernya. Nggak enaknya karena aku satu-satunya yang pake celana disana. Karena jilbabku nggak gede. Karena aku nggak bisa teori tajwid. Dan karena emang kebelet pipis tapi males jalan.
Dan bener aja, waktu giliranku, pas juga lagi adzan. Jadi mbak-mbak yang tukang ngetes izin wudhu dulu. Wah, mbak-mbak yang selalu menjaga wudhunya. Subhanallah. Pakaiannya juga selevel mbak-mbak cadaran. Pas dia balik, aku disuruh baca al fatehah. Biasanya kalo bacaannya salah bakal langsung di kasih tau dimana aja kesalahannya. Tapi aku langsung disuruh baca ayat yang dikertas berarti aku gak ada yang salah tadi. Tapi pas baca ayat, aku kecepetan, jadi sama mbak-mbaknya suruh ngulang. Yaudah, aku ngulang, salahku disini nih. Waktu mbak-mbaknya nanya, “Tapi kalo hukum bacaan kaya ghunnah-ghunnah gitu udah tau kan...” Kalo aja aku jawab ‘iya’ udah selese deh urusannya, aku bakal disuruh nyerahin kertas dan udah resmi terdaftar. Tapi aku palah bilang sambil cengar-cengir, “eng...anu sih mbak hehe, kalo teori aku belum terlalu bisa...”
Yaudah deh aku diceramahin, disaranin ikut tahsin aja dulu, memperbaiki bacaan, baru deh entar semester berikutnya ikut qiraah. Tapi aku nolak halus sambil cengar cengir. Bukan kenapa-kenapa, aku udah belajar tahsin dari sejak dalam kandungan tapi dasar aku emang bodoh dalam hal begituan aku masih nggak hafal sampe sekarang. Jadi daripada belajarku sia-sia selama satu semester ini, mending ikut yang bener-bener aku kepengen ikut kan...
Sampe mbak-mbaknya keliatan kesel dan ngeliatin aku sebegitunya seolah-olah aku ini hina karena aku pake celana dan berjilbab paris. Lalu dia bilang, “Gini deh, kamu daftar ini sebenernya kamu ngerti nggak sih qiraah itu apa?” Ya Allah...sakit bener dengernya. Iya mbak, aku pake celana mbak, iya mbak, aku masih pake jilbab paris mbak. Iya mbak, imanku nggak ada apa-apanya kalo dibanding imannya mbak, tapi aku muslim juga mbak. Sama kaya mbak. Dan aku perempuan yang sama rawan sakit hatinya seperti perempuan-perempuan lainnya mbak. Aku emang begini, tapi apa hanya dari penampilan saya yang nggak syari kaya mbak, mbak bisa menghakimi aku seenaknya?
Aku sedih, dan kecewa. Enggak, aku nggak marah karena emang nyata kok islamku masih berantakan. Aku juga nggak mau mengingkari itu.
Aku hanya sedih, mbak-mbak yang selalu kukagumi karena kebesaran jilbabnya ternyata nggak sebaik yang aku kira. Aku jadi ngerti. ini bukan tentang sebesar apa jilbab yang kamu pake tapi tentang apa yang ada didalam hati untuk Tuhanmu. Aku ingin melakukan apa yang ingin ku lakukan. Aku ingin menjadi sosok yang benar-benar membuatku nyaman. Soal keimanan, cukup aku dan Allah yang tau.

Kamis, 31 Juli 2014

PKL: Bagian Perpustakaan


22 Februari 2013
Tinggal dua minggu lagi PKLnya selese. Entah kenapa sebulan kok rasanya lama banget. Kaya episode naruto, panjang banget nggak tamat-tamat. Apalagi seminggu kebagian pkl di perpustakaan, fiuh, rasanya waktu berjalan lambat banget. Lebih lambat dari loadingnya modem semarfren.
Perpus ini bener-bener angker. Bukan banyak hantunya-bukan. Penjaganya angker banget buseh. Belagu lagi. Untung banget pklnya cuman sebulan. Dan ini pertama kalinya aku bersyukur kalo februari tuh cuman nyampe tanggal 28. Thanks God!
Diperpustakaan ini ada 3 yang jaga. Satunya dosen, yang dua alumni mahasiswi sini yang lagi magang. Heran saya,magang aja belagu banget itu orang. Yang satu sih baik,tapi yang satunya lagi,uh-Monster! Di perpustakaan ini emang muka penjaganya jutek semua. Lebih-lebih mahasiswi magang yang duduk disebelahku pas. Ngebetein sekalee. Nggak ngajak dia ngomong aja udah keliatan kalo dia bukan orang yang enak buat diajak ngobrol, meski menurut puput dia asik-asik aja tuh di ajak ngobrol. Tapi itu menurut puput doang, menurut anak pkl yang lain, kurang lebih sama kaya yang saya pikirin, monster! Ditanyain sekali aja jutek banget nauzubillah, udeh kapok deh saya ga pengen tanya-tanya lagi. Di perpus cuman duduk-duduk doang, online, ga ada kerjaan. Sepi pengunjung. Orang dia juga dari pagi sampe sore kerjanya cuman ol doang, ya saya ikut-ikutan ol, eh malah kaya ga suka gitu liat aku online twitter. Kalo menurut puput sih itu gara-gara aku apa-apa dimasukin hati, yaelah, orang tosi juga ngerasa digituin kok, jadi bukan cuma perasaanku doang kan. Duduk diem aja salah, ol salah, yaudah, smsan. Eh smsan juga salah. Serba ngebetein pokoknya.
Karena aku adalah murid SMK yang suka tidur pas pelajaran, jadi pas disuruh nyuntikin tinta ke printer aku gak begitu bisa. Dibilang sama dosen ceweknya "Ya ampun,smk mana sih kamu,gitu aja nggak bisa!" Aku cuma stay cool. Biasa aja. Udah kebal dari kemaren dibilang apa-apa nggak bisa. Ya emang kenyataan. Aku nggak bisa ngapa-ngapain selain banyak omong hehe.
Yang bikin saya bete adalah waktu ada yang minjem buku kan ada transaksi-transaksinya tuh, orang aku dikasih tau caranya juga enggak, di kasih tau ID sama password adminnya juga enggak, di omel-omel gitu aja kok nggak bisa. Pas aku disuruh nulisin NIMnya aku agak lelet ngetiknya, secara jari-jariku sakit gara-gara alergi. "Ketauan banget gak pernah megang keyboard," jleb! Menurut dia aku hidup dijaman batu kali ya,ga pernah megang yang namanya keyboard coy! kalo gitu secara nggak langsung aku disamain sama jinnya aladin yang udah ratusan taun terkurung di botol, nggak pernah tau dan nggak pernah megang itu yang namanya keyboard. -_-
 Sori aja ya, saya gak kaya mbak monster yang girang banget diinbox sama cowok-cowok ga jelas dan chattingan sepanjang hari sama cowok gaje juga. Dari pada buang-buang waktu kaya gitu aku tuh lebih memilih beberapa klik doang, nonton J-Dorama yang udah pasti ada nilai moral yang didapet abis nonton.
Pas baru mau buka fesbuk,dibilang "Nggak lagi ngapa-ngapain kan,sampulin buku tuh!" udah muka serem kaya preman perempatan, eh masih di serem-seremin juga ngomongnya. Dobel serem. Nurut aja deh nurut. Akhirnya ada kerjaan juga, lumayan buat ngisi jurnal. Lemnya kan lem yang adhesive nempelnya jadi aku ati-ati ngebukanya. Eh dibilang,"Pasti
 nggak pernah buka lem kan," Astaghfirulloh, ini orang kenapa demen banget mojokin aku sih. Rese deh. Waktu paginya puput bilang ke aku kalo aku tuh jangan duduk diem aja kalo mba-mba itu lagi sibuk dibelakang, bantuin apa gimana, biar keliatan rajin gitu. "Dia ngadu gitu ke kamu?" kataku sambil bete,ya secara mba-mba itu csnya puput, aku bisa bayangin gimana ekspresi mba-mba itu ketika ngadu ke puput mengeluhkan saya yang begini dan begitu. WHAT THE ----??? Aku udah nyapu tiap pagi walopun lantainya udah kinclong banget kaya pala dedy corbuzier tapi sama dia suruh harus disapu tiap pagi. Nyisihin tirai yang banyak itu, natain kursi, ngebutin keset yang kotor, bersihin rak yang kotor banget pake kemoceng, ngangkat-ngangkat tumpukan skripsi yang berat banget ke belakang, ngelompokin buku-buku, natain di tempat yang bener, naik turun ngambilin sesuatu dan aku masih dibilang nggak mau ngapa-ngapain duduk santai ketika mbak-mbak itu sibuk onlone fesbuk? Sialan. Emosi jadinya. Dikiranya saya dukun kali ya, ga pake disuruh udah bisa tau kalo mbak-mbak itu nyuruh saya buat ngeberesin ini itu. Ya gimana coba, orang dia natain bukunya cuma main lempar-lempar doang. Pas aku tumpuk biar rapi eh palah marah-marah.
"Kok malah ditumpuk disini sih,kalo aku kasih ke kamu tuh taruh bukunya diatas!" Emang tadi situ bilang gitu yah? Enek jadinya. Aku mau bantuin ya jadi bingung dong,orang tiap kali aku baru berangkat,mereka berdua lagi sibuk entah ngapain dan ketika aku punya inisiatif buat tanya "aku bisa bantu gak?" dijawab paling aku nggak mudeng. Yaudah,aku duduk aja nonton,sambil smsan. Palah dibilang "bantuin mbanya tuh dibelakang"Aku juga langsung ikut bantuin kok ke belakang "saya bisa bantu apa mba?" "rapiin aja tuh" ketus banget jawabnya,jutek. Orang buku udah rapi banget kaya gini kok masih dirapiin aja. Kurang kerjaan banget. Orang Indonesia emang suka nyari-nyari kerjaan yang sebenernya gak perlu dikerjain oleh bayak orang,satu orang aja udah cukup kok beresin kaya gini. Akunya baru aja mau bantuin,eh dia balik ke kursinya lagi, FACEBOOKAN. Gila,babu banget saya disini.
Waktu bu dosennya bilang "ini kok bukunya banyak yang salah masukin kategori sih" mbak mbak itu bilang "iya emang tuh bu,anak pkl,udah dikasih tau juga,malah gak mudeng" DAMN YOU! Aku gak ngapa-ngapain,aku cuma ngerapiin buku-buku yang jatuh,gak merubah susuan yang sudah dia buat sama sekali. Dan dia menimpakan kesalahannya ke saya dan anak pkl yang sedang kebagian jaga disini. Apa-apa salah,duduk doang salah. Online salah. Bantuin salah. Tanya salah. Jadi koruptor ga salah kali yah? Ah, udah ah, pusing saya. Bukannya saya gak mau disalahin sih, saya oke-oke aja kok dikasih tau kalo aku salah, tapi kasih tau secara langsung! Jangan cuma membicarakan saya dibelakang dan menyinggung saya dengan sindirian, saya mana mudeng dikasih tau dengan bahasa isyarat kaya gitu.
Kalo aku menawarkan diri mungkin aku bisa bantu,dia tuh jawabnya samar, kaya bilang "sok bisa banget sih" yaudah,nggak papa dong kalo saya cuman duduk aja sementara dia merapikan buku yang emang udah rapi. Aku denger pembicaraannya dia sama bu dosen soal meeting dosen besok minggu,dia bilang "bu ini kok mas eko sms ke aku suruh dateng di pertemuan dosen besok sih ya?haha" ucapnya kegirangan. bu dosen bilang "salah kirim kali," dianya masih ngotot nggak percaya
meski nggak keliatan ngototnya "masa saya disuruh dateng sih ya bu?" masih aja berbinar-binar tuh jijay banget berbinarnya haha.
"Ya dateng aja,paling-paling disuruh jadi tukang bagi-bagiin makanan" reaksi saya mendengar itu adalah kepengen kayang koprol muterin kelurahan. GYAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAH! Girang banget saya kaya kalo Indonesia menang main bola lawan malaysia. Dianya kaya keliatan ngambek tapi gak berani gitu didepan bu dosen. Haha,ngimpi apa saya,seneng banget hari ini denger itu hahahah. Sakit hati saya terbalaskan haha.
Tapi bu dosen ini juga pedes kalo ngomong,meski mungkin nggak niat kaya gitu. Pas nilai pkl saya sih kan ditanyain, bisa apa aja bla bla bla. Pas ditanyain bisa service komputer apa nggak aku jawab nggak bisa. Ya emang nggak bisa,mungkin pernah diajarin tapi aku pas bolos jadi gak tau. Pas ditanya "bisa pemrograman gak? pasti gak bisa!" ih sotoy banget sih -_- aku jawabnya bisa aja,gak bisa banget.
"Kamu disiplin nggak?" Ya aku jawab nggak tau,emang aku nggak tau,kadang-kadang berangkat pagi,kadang-kadang enggak. Mbak-mbak itu tuh semangat banget ngasih nilai pas-pasan ke saya. Pas yang cowok-cowok aja,semangat banget dia ngasih nilai yang bagus-bagus "Dia itu bertanggung jawab bu,disiplin banget" Ah makan sanah sertifikat pkl. Nggak peduli mau dapet 7 apa 6,cuma gara-gara kertas secarik kaya gitu doang. Makan sana.

PS : Maklum, lagi PMS jadi marah-marah gaje gini huhu.