Rabu, 08 Desember 2021

2021 Wrapped

 Hello, my lovely blog, udah lama banget nggak pernah posting apa-apa disini, hehe. I got busy, sibuk nganggur and being mentally ill so... hehe, nggak punya semangat buat nulis apa-apa. Tapi aku janji, kapan-kapan bakal mulai aktif nulis disini lagi. That's all i can write, for now, bye!

Jumat, 16 Maret 2018

College Days Will Finally Be Over



       I love fanfiction. I like to read fanfiction since eight  grade of junior high school. It's been nine years since. And I still reading fanfiction till nowadays. I'm in my very late college year now. I'm supposed to graduate this year. I really hope I could. I only read a fanfiction with my otp as the main ship (or sometimes side ship if the main ship is my side otp too) in the story. And also I like monogamous story when the romantic relationship only happen between two main characters. I can't read fanficitions when my otp are in a polyamorous relationship, I dont know I just can't, not trying to be offensive to polyamorous relationship's fan but as for me relationship supposed to be happen with only two person in it. I really like alternate universe fiction, especially if they were portrayed as college/university students akskskaksl i love it so much. I like it when one of the character is a broke college student who works part time in a coffee shop. I like it when the character is a grown up ass man who is still single and can't get his shit together. I like it when the story is angsty and a bit slow burn, and one of the character develop a mutual pinning with his crush. I like the story when the characters have a meet cute in a coffee shop or in a bar. And the most important over all of it is I like angst with happy ending. ajsjsjsjsjsskskskal i'm goin wildin. I'm not a huge fan of romance ( for god sake i'll turn into twenty fucking two years old this august and i still have never be in a relationship before if ya feel me) but if it comes to my otp's romance i'm all soft.
When I'm still in junior high school I thought later when I were in college I will finally get a boyfriend, but turned out I didnt get any d*ck at all. I thought i will be in  a serious relationship with someone already in college, having someone to hang out with, someone who will  accompany me eating, going shopping, someone who pick me up before and after class. Someone I can count my life  on. But turned out i'm not a huge fan of my own life romance and I  decided I didnt really need someone by my side to be my partner. I decided that I'm better alone because relationship is kind of a burden for me. I have a deep seated fear of intimacy and I have commitment issuess too, guess I would never get a boyfriend at all. Fuck i didnt even know wether i will get married or not someday. College life will really be over this year and everyone else seems doing fine with their life, idk about me, do I doing my life okay? or no? I dont know, I'm always feel lost and cofused all the time. I'm not a good college student, I'm not a straight-B student, let alone straight A, i have a lot of C and D (even E) on my study report. But it's all allright for me. I'm all okay with that. College is a real hard for someone as dumb as me but I am happy because I've come this far. I'm happy because there, in college, I learn a lot. Not literally learing in class but learn from a lot of mistakes and the wrong choices that I made. College life got me so broken and shits, I got bad grades, bump into wrong peoples, fake companions, homesick, a lot of debts, broke days where I really cant eat anything, losing keys and atm cards, losing my minds, cramming for exams, depression, mental illnesses, personality disorders, suck community service project, tumblrs, fangirling over oppars, come back to Allah, betrayals, enlightments, sudden realization, awakening, painful grow up, everything that makes me 'me' now. And the most interesting thing to be in college is I can have a life like in a fanfiction, like the life of my bias have in an alternate universe fanfiction college!student and i can feel relate to them as I read the fic and sipping over my cheap coffee that I bought at the basement of library when I go to library alone and all of the sensation that I feel through my college days, I could never been happier. Yes I'm broke. Yes I single and didnt have boyfriend since forever and didnt have cheesy rom-com love story as I thought I would when I was teenager, but it's all okay. Even without the things i used to thought i need, i'm still doing my life just okay. And I feel grateful to be a part of English Department Student of Sebelas Maret University. And If I were exist in some other universes, I hope the other version of me are doing fine with their life even if it turned out to not be as they wish. I hope they are grateful with every single little thing that happen in their life and see it as a magic, even if other people see it as ordinary things. Whoah, I'm getting emotional. Goodbye for now.

What Was Your Name Again?




       Haaai blogku, I miss ya. Fiuh, udah lamaaa banget gak pernah posting apa-apa disini. Maafkan aku huhuhu, ini semua karena ketidak mampuanku untuk efektif membagi-bagi fokus dan waktu huhuhuhu. Jujur ini aku mau nulis apaan juga bingung. Mau curhat apaan juga bingung. Mungkin curhat soal kuliah aja kali ya, hidupku isinya sangat tida menarik dan tida berfaedah hhh. Jadi, ini adalah (semoga) tahun terakhirku di perkuliahan. Sekarang aku angkatan tertua di kampus. Nggak nyangka udah sejauh ini. Nggak nyangka aku sanggup nyampe ke sini, masalahnya aku menjalani kegiatan perkuliahan dengan terseok-seok gitu deh karena aku nggak pinter dan super berantakan. Gini ya ternyata jadi angkatan yang paling tua di kampus. Berasa kaya nenek moyang, tua banget. Hidupnya makin ke sini makin keliatan krik-krik tapi sebenernya hektik. Hektik laporan magang, hektik skripsian yang di oprak-oprak disuruh cepet lulus tahun ini, hektik usia nambah tua, hektik temen-temen udah pada mulai kerja dan dapet kerjaan tapi aku masih jadi broke college student aja ajsjskakaskskl, hektik lah pokoknya. Aku nggak tau harus ngapain dan gimana, goddamit aku bingung banget kudu tak gimanain hidupku nih. Aku pengen kerja tapi aku bingung banget, gak bisa bagi fokus. Kalo aku fokus sama satu hal, ya aku ga bisa fokus sama hal yang lain. Aku juga sebenernya udah ikut jualan reseller jilbab mbakku tapi sepi dan aku tida berbakat jadi pedagang kayaknya, aku bukan orang yang telaten dan rajin apdet sesuatu. Aku antara apdet semua barang dalam sehari sekalian dan ga apdet apa apa sama sekali berminggu-minggu. I'm suck at anything, really. Aku juga masih ada kelas yang ngulang, meski cuma satu sih, tapi tetep aja gak tenang hidupku kalo mau tak sambi kerja tuh. Tambah ke sini tambah kere aja, padahal tambah banyak tanggungan. The8 (hpku) punya 2 kartu SIM utama yang aku ga bisa give up di salah satunya karena dua duanya sama sama penting buat aku. AA Jidi (motorku) juga butuh bensin dan agak boros, aku agak tekor ngasih dia makan terus, aku kan jobless, pennyless. Aku emang suka namain barang yang aku punya, soalnya kan kasian kalo no name, jadi kerasa gaada ikatan, kalo ada namanya kan jadi timbul rasa sayang #ahsek. Aku inget di kelas semantik pak Buwas pernah bercanda kalo misal aku punya banyak bebek, semua bebeknya bakal aku kasih nama. He didn't know me that well tho. But that thing is right about me. Si bapak ni, becanda aja deh. Jangankan benda hidup, benda mati aja aku kasih nama semua, bahkan diary-diaryku yang dulu pada aku kasih nama. Anyway, I'm still working on my thesis topic. It's about swearing words and relationship. Lagi mau nulis chapter 3. Semoga semuanya di lancarkan. Semoga juni bisa sidang. Semoga agustus bisa wisuda. Semoga abis itu bisa dapet kerja. Semoga setelahnya bisa dapet beasiswa kuliah es dua. Allah, help me!

Senin, 03 Juli 2017

Personal Stuff

Hello, my blog! A very long time not posting anything. I know it's very late but Happy Ied Mubarak, universe! This universe, alternate universe, and all universes!
I've been feeling really depressed recently. I am at my lowest. I've been suffered from depression since junior high school but just realized about it after i got into college. People always say I don't have it that bad. My depression, i mean. How can they commenting my life as If they are the one who living my life and not me? After a long time, I decided to trying open up about it to my dad but his reaction was just like his usual self, scolding me hard, telling me to regain my consciousness and just behave like everyone else.

Jumat, 08 April 2016

Senja Pernah Bercerita

Ingatkah ketika, kita pernah menatap senja yang jingga
bersama-sama,
Kau tersenyum, akupun sama
Ingatkah kamu ketika, senja pernah bercerita pada kita bahwa,
Tak perlulah mengutuk kegelapan, karena ia menunjukkan betapa terangnya bintang-bintang
Tak perlulah mengeluhkan hujan, karena bagi sebagian, ia menyebarkan kesegaran
Senja pernah mengajarkan,
Tak perlulah merasa sedih, bila kita masih bisa tertawa
Tak perlulah merasa tak berarti, bila kita masih bisa berusaha tanpa henti
Tak perlulah merasa tertekan, bila kita masih bisa bernyanyi
Tak perlulah merasa tak mampu, selama kita masih bisa melangkah maju
Tak perlulah merasa ragu, bila kita masih bisa mendapatkan kepastian
Tak perlulah membenci kegagalan, karena ia memberikan pelajaran
Senja juga mengingatkanku pada masa-masa,
Ketika aku merasa semakim hari, kenyataan hidup semakin menekanku untuk percaya,
Kalau dunia ini telah banyak berubah dari yang semestinya,
Kalau dunia telah diselimuti kegelapan,
Kalau dunia telah disesaki peperangan,
Tetapi, senja yang terbentang didepan mata, lagi-lagi meyakinkanku untuk tetap percaya bahwa,
Dunia ini masih merupakan tempat yang nyaman untuk ditinggali,
Meski jika senja telah berbeda, begitupula dengan kita.

Sabtu, 27 Februari 2016

Curhat Colongan

Udah lama nggak apdet blog gara-gara ngerasa kalo aku terlalu mengumbar aib kehidupanku tiap kali mosting curhatan di blog. Cuma bisa nulis-nulis gaje di aplikasi penyimpen catetan, tapi rasanya kurang lega aja karena cuma disimpen sendiri. Kalo aku nulis di blog, seenggaknya lembar-lembar dunia maya itu mau nampung curhatanku tanpa ngejudge kehidupanku.
Akhir taun ini aku lagi pengen banyak-banyak introspeksi.
Aku dikasih tau temenku kalo salah satu temen yang sudah kuanggap sebagai 'teman baikku' membicarakanku didepan orang lain kalau aku orang yang suka mereka-reka, berlebih-lebihan kalau sedang bercerita tentang kehidupanku pada teman-temanku. Kata dia, apa yang ku katakan tentang kehidupanku tidak sesuai dengan kenyataan. Kalo ditanya gimana perasaanku, jujur, aku sedih. Sedih karena dia nggak mengkomunikasikan aja langsung ke aku. Aku sudah terlanjur berasumsi bahwa selama ini kita adalah teman baik.
Aku introvert. Susah banget bagiku untuk bisa jujur dan terbuka sama orang lain tentang hidupku kecuali aku udah ngerasa kalo aku dan dia  udah jadi teman yang lumayan dekat. Tapi pas aku cerita, aku palah dikira bohong. Tidak apa jika ada yang menganggapku pembual atau semacamnya, siapapun berhak untuk mengatakan apapun karena kita punya hak bebas berpendapat. Tapi setidaknya, katakan didepanku. Agar aku tahu salahku dimana, kurangku dimana, agar aku tahu apa yang perlu kuperbaiki dari diriku. Bukannya membicarakanku didepan orang lain. Aku takkan mengerti dan takkan sadar dimana kesalahan yang perlu kuperbaiki. Membicarakanku didepan orang lain takkan membuatku tersadar untuk melakukan perubahan sikap.
Kalo misalnya aku pembual, berarti aku pembual yang bego banget dong, ya? Karena aku terus bercerita soal betapa ngenesnya hidupku selama ini. Jomblo sejak lahir lah. Nggak punya temen deket di kosan lah. Selalu dapet nilai pas-pasan waktu ujian lah. Kalo aku pembual yang ulung, harusnya aku cerita yang wah-wah aja dong ya ke temen-temenku? Harusnya aku membual tentang punya banyak mantan-mantan kece yang tersebar di seluruh Indonesia aja, bukannya jadi jomblo hilang arah dan tanpa tujuan. Tapi aku palah sering cerita kalo orang yang aku suka selalu berakhir jadian dengan sahabatku. Kalo aku membual, berarti aku pembual yang bego banget kan ya? Harusnya aku membual kalo diluar sana ada cowok setamvan siwon, seswaggy G-Dragon dan sekaya Bon Jovi, sesetia Hachiko, sekece Zayn Malik, sealim ustad Felix yang mau nungguin aku sampe kapan aja dan bakal menikahiku suatu saat nanti. Tapi apa yang selalu aku bilang ke temenku? Aku sering bilang, mungkin aku nggak nikah kali. Soalnya aku nggak ada siapa-siapa disekelilingku yang sekiranya bisa diajak bangun rumah tangga kapan-kapan.
We, human, are fake creature. Aku sadar, sekeras apapun manusia berusaha jadi orang baik, pada akhirnya manusia tetaplah manusia. Punya iri hati, sisi gelap, kedengkian, ambisi, cita-cita, banyak lah. Aku sendiri nggak mengingkari kalau aku punya banyak sisi gelap yang sejatinya-jika aku hidup di dunia fantasi-ingin sekali kuwujudkan. I wanna be a villain so badly. Karena aku benar-benar muak menjadi diriku yang sekarang. Yang hidupnya terombang-ambing tanpa arah dan tujuan. Yang terus-terusan menjalani kehidupan ini ala kadarnya tanpa banyak berusaha seperti orang-orang lain. Aku benci diriku sendiri.

Kau, Aku dan Perasaan Ini

Aku ingin tertawa. Tidak tahu kenapa, rasanya lucu saja bagiku. Rasanya seperti baru kemarin, kau dan aku berebut buku perpustakaan,
berebut sapu piket,
berebut bangku untuk duduk. Kau dan aku--maksudku 'kita' pernah berebut banyak hal.
Aku masih ingat sekali betapa isengnya kau waktu kita masih sering bersama-sama di kelas tingkat pertama. Saking kesalnya aku  terhadapmu,  aku sampai memukul punggungmu dengan buku cetak tebal dan merasa begitu menyesal telah melakukannya: karena hari setelahnya, kau jatuh sakit.
Kau selalu menggangguku, mengganggu tentang apapun yang sedang kukerjakan.
Kau merebut bolpoinku ketika aku sedang menulis.
Kau menyembunyikan tip-xku dengan sengaja ketika aku sedang benar-benar butuh. Saat itu aku merasa, kau benar-benar anak laki-laki sok pendiam di depan orang lain, tapi super menyebalkan ketika di depanku.
Jadi aku mencoba mengacuhkanmu, dan aku tak menyangkau kalau karena sikapku itu, perlahan hubungan pertemanan kita mulai jadi jauh.
Kau selalu berusaha buang muka jika berpapasan denganku di jalan, dan aku, sebagai seorang perempuan, tak mungkin ada niatan sama sekali untuk menyapamu duluan.
Selanjutnya, kita benar-benar seperti sepasang orang asing yang tak pernah saling mengenal.
Ketika tiba waktunya kita naik ke kelas tingkat kedua, saat aku tak lagi berada satu kelas denganmu, entah kenapa tiba-tiba saja aku mulai merasa aku merindukanmu.
Dari awal kita berteman, aku selalu merasa kalau dari sekian banyak teman perempuan yang kau punya, aku hanya salah satu dari teman biasamu yang lainnya. Meski kita berada di kelas yang berbeda setelahnya, aku masih sering memikirkanmu. Tapi disisi lain, aku tidak yakin kau pernah memikirkanku juga. Karena ketika kita bertemu, aku selalu jadi orang yang menunggu, tapi kau tak pernah tergerak untuk menyapaku lebih dulu. Aku ingin kau teringat padaku sesekali. Itulah kenapa dulu, aku selalu berusaha untuk berada di peringkat atas, Hanya agar namaku bisa tampak di matamu.
Kau tahu tidak?
Aku pernah memimpikan hal ini sebelumnya. Duduk berdua saja denganmu, membicarakan apa saja denganmu, dan tertawa lepas bersamamu.
Di mataku, kau masih orang yang sama. Kau masih laki-laki yang pernah kusukai pertama kali di sekolah menengah pertama. Akupun masih sama saja. Aku masih mantan teman perempuan sekelasmu yang pernah diam-diam menyukaimu.
Kemarin-kemarin, aku juga masih menganggap kalau belum ada satupun yang berubah diantara kita. Tapi, kau mau tahu tidak? ternyata, aku salah.
Apa kau tahu? dari saat aku sadar aku menyukaimu, aku tidak pernah melihat kepada laki-laki lain. Karena apa? Karena kau satu-satunya laki-laki yang kuharapkan.
'Lalu?' Begitu tanyamu padaku.
Lalu hari itu datang. Hari ketika aku menitipkan surat pernyataan perasaanku pada sahabatku. Tapi ketika orang itu telah sampai dihadapanmu, dia palah mengaku padamu kalau surat itu adalah surat yang ditujukan darinya untukmu.
Jujur, saat melihat itu, aku sakit hati sekali.
Padahal, kau tahu? aku begitu mempercayai dia.
Lama aku tidak berbicara dengannya. Hubungan kami jadi buruk.
Aku yang tersakiti disini. Tapi tidak tahu kenapa palah aku yang harus minta maaf duluan padanya.
Aku memintanya untuk jujur padamu tentang semuanya. Tapi ketika semuanya telah jelas, kau palah tidak bisa memutuskan untuk memilih antara aku dan orang itu.
Itulah kenapa dulu aku memutuskan untuk menyerah memperjuangkanmu.
Aku tidak mau jadi pilihan. Jika kau dibingungkan dalam kondisi antara ingin memilih aku dan memilih orang lain, tolong jangan pilih aku.
Aku tidak bisa menerima hal itu.
Tapi kemudian, kau masih bertanya lagi padaku, bertanya kenapa. 'Kenapa? Kenapa begitu?'
'Katamu kau menyukaiku sejak lama?'
'Lagipula itu semua sudah jadi masa lalu.'
'Sudah saatnya bagi kita buat memulai cerita yang baru.' begitu katamu.
Awalnya aku juga berpikir begitu. Awalnya, aku juga mengira kalau aku masih memiliki perasaan itu. Tapi ketika kita sudah duduk berdua seperti ini, ngobrol berdua seperti ini, aku menyadari kalau perasaanku padamu, juga sudah jadi masa lalu.