Apakah suasana hati anda sering berubah-ubah?
Tentu saja. Ada hari-hari dimana anda hanya ingin merangkak kedalam lubang dan bersembunyi
dari dunia. Semua yang anda sentuh berubah mejadi serbuk gergaji. Anda tidak bisa
menang. Anda tidak berhasil menjual apapun. Segala sesuatu tidak ada artinya, benar
kan?
Lalu ada juga hari-hari lain ketika anda tidak melakukan satu
kesalahan pun. Sejak bangun tidur Anda melihat segalanya lebih indah daripada kenyataan
dan menikmati setiap menitnya. Penjualan? Proyek-proyek yang sudah tuntas? Anda
tidak mungkin meleset. Segala sesuatu berjalan sesuai keinginan anda.
Apa yang menyebabkan tingkat emosional kita naik turun? Kita
tidak tahu, namun beberapa waktu yang lalu saya cukup beruntung bisa bekerjasama
dengan profesor Edward R.Dewey, Kepala Foundation for the study of Cycles di University
of Pittsburgh. Kami berdua mengarang sebuah
buku berjudul Cycles, The Mysterious Forces that Trigger Events (HawthornBooks)
Salah satu dari sekian banyak siklus yang kami tangani adalah siklus emosional pada
manusia. Beberapa tahun yang lalu sebuah penelitian ilmiah digalang oleh Profesor
Rex Hersey dari University of Pennsylvania. Kesimpulan yang ia peroleh yaitu bahwa
siklus emosional manusia berlangsung rata-rata selama lima minggu. Lima minggu adalah
waktu yang biasanya dibutuhkan oleh seorang individu normal untuk bergerak turun
dari sebuah periode sangat bahagia menuju kekhawatiran (emosi yang paling merusak
menurut Hersey) lalu naik lagi menuju periode sangat bahagia yang berikutnya.
Aku ngiranya bapakku Cuma ngeles ke aku dengan bikin teori baru secara
ngasal. Tapi ternyata buku ini palah berpihak pada teori bapaku,hadeh.
Kata-kata yang diucapkan bapaku ketika aku
menelponnya terakhir kali berdengung-dengung di telingaku, ”Karena saat ini adalah
saat dimana perasaanmu sedang naik turun. Sedih. Depresi. Jatuh. Perasaanmu sedang
labil. Tunggulah sampai kira-kira 40 hari, ketika perasaanmu berangsur-angsur membaik.
Lalu jalanilah semuanya dengan senang hati karena itu adalah apa yang kamu senangi...”
Aku kemudian mengerti, tak semua hal
yang terjadi di dunia ini harus membutuhkan alasan. Kadang, ia hanya butuh
sebuah kepercayaan. Percaya jika: Kejadian ada untuk menghadirkan dampak.
0 komentar:
Posting Komentar