Sanggupkah
kamu menghitungnya?
Menghitung semua nikmat yang telah kamu
terima, telah kamu rasakan dan telah kamu lalui.
Tapi kenapa?
Kamu masih saja menjadi hamba yang sebegini
tidak berterimakasih pada Tuhanmu?
Tidak terhitung berapa kali ia menyelamatkanmu
dari kepedihan? Dia, dengan sangat baiknya masih mengizinkanmu untuk tetap hidup,
sampai sekarang.
Jika saja dia menginginkannya, pasti telah
ia cabut semua nikmat itu dari dulu, dari sejak kamu belum ada dalam sejarah.
Tapi apa?
Dia masih membiarkanmu bebas bernapas dengan
udara miliknya. Dia masih mengizinkanmu bebas berkeliaran di tanahnya.
Dia masih mempersilahkanmu untuk memilih
apa saja yang kau sukai, meski itu semua adalah kepunyaannya.
Dia masih memberimu kesempatan, untuk terus
hidup, terus tumbuh, terus merasa cinta, sedih, rindu, dan bahagia.
Dia masih memberimu kesempatan untuk menjalani
hidup ini dengan sebaik-baiknya.
Tapi kenapa?
Kamu masih saja selalu mengingkari nikmat
pemberiannya? Kenapa?
Kamu masih saja menyia-nyiakan hidup ini
tanpa rasa bersalah? Kamu meminjam. Kamu memakai, segala hal milik Tuhanmu dan kamu
masih begini saja?
Apa kamu pernah berpikir?
Sekali saja dalam hidupmu. Berpikir tentang
perasaan orangtuamu? Apa kamu pernah peduli pada mimpi-mimpi mereka?
Mimpi yang harus mereka lupakan. Mimpi yang
harus mereka tukar dengan sebuah pengorbanan untuk membiayai mimpi-mimpimu agar
jadi nyata.
Tapi kenapa?
Kamu tidak pernah serius mewujudkan mimpi-mimpimu?
Apa kamu masih berpikir jika jalan menuju
terwujudnya mimpimu adalah tanpa biaya?
Tidak begitu. Orangtuamu. Ya, mereka melakukannya.
Mereka menukar impian-impian mereka sendiri
dengan uang, dengan air mata, dengan doa, dengan waktu, dengan kerja keras, hanya
untuk melihat impianmu jadi nyata.
Tidakkah kamu kemudian bertanya mengapa
mereka melakukannya?
Karena bagi mereka, di dalam impianmu, ada
impian-impian mereka juga.
Maka, mulai sekarang, seriuslah menggapai
impianmu.